Adakah Ancaman Keamanan Pemilu ???

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakui adanya ancaman keamanan pada Pemilu Legislatif, 9 April nanti. Ancaman tersebut, menurut SBY harus diantisipasi dengan baik agar pemilu berjalan dengan lancar.

Badan Intelijen Negara (BIN) juga tidak menampik adanya ancaman ini. Ketua BIN Syamsir Siregar menengarai, ancaman ini berasal dari partai yang ingin menang. “Indikasinya ya ingin mau menang. Jadi kalau kalah, ah betul,” kata Syamsir.

Berikut wawancara wartawan dengan Syamsir Siregar di Istana Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Selasa (7/4/2009).

Presiden tadi bicara perihal ancaman pemilu?

Orang memang belum-belum sudah membicarakan kecurangan. Pemilu saja belum dilaksanakan sudah mengatakan adanya kecurangan.

Ancaman ini indikasinya kuat untuk menggagalkan pemilu?

Bukan

Jadi ini indikasi apa?

Indikasinya ya ingin mau menang. Jadi kalau kalah, ah betul.

Ada petinggi partai yang akan mengerahkan massa ketika ada kecurangan?

Siapa yang bilang? Itu biasa, kalau Pilkada ada saja yang demo ke MK (Mahkamah Konstitusi).

Tidak ada indikasi untuk menggagalkan pemilu?

Kalau ada yang menggagalkan, kita kenakan hukum saja. Apa sulitnya? Sampai saat ini belum, apa susahnya.

Indikasi rusuh?

Kita gebuk. Pakai yang enak lah.

Partai di Aceh mulai bertikai?

Kau tahu dulu ada kelompok yang menyerah sebelum MoU. Itu kelompok yang menamakan dirinya Forkap. Itu kurang cocok dengan partai Aceh. Jadi itu masalah mereka dianggap pengkhianat oleh GAM karena mereka menyerah terlebih dahulu.

Ini ancaman di Aceh?

Ya mungkin ada saja yang melakukan intimidasi dalam pelaksanaan pemilu. Yang memaksa rakyat untuk memilih partai tertentu, itu tentunya sebenarnya harus tidak boleh.

Yang mengintimidasi eks GAM?

Ya itu di antaranya orang-orang yang menghendaki kemenangan suatu partai tertentu.

Partai Aceh?

Diam tidak menjawab.

Sumber : http://www.detik.com

Infrastruktur Politik di Indonesia

Infrastruktur dan Suprastruktur Politik di Indonesia

Struktur politik di dalam suatu negara adalah pelembagaan hubungan organisasi antara komponen-komponen yang membentuk bangunan politik dan selalu berkenan dengan alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif, yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
Menurut Alfian, permasalahan politik dapat dikaji melalui berbagai pendekatan, yaitu dapat didekati dari sudut kekuasaan, struktur politik, komunikasi politik, konstitusi, pendidikan, dan sosialisasi politik, pemikiran, dan kebudayaan politik.

1. Infrastruktur Politik

Kelompok masyarakat yang merupakan kekuatan sosial dan politik rill di dalam masyarakat, disebut “infrastruktur politik” yang mencakup 5 komponen yaitu :
partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, media komunikasi politik dan tokoh politik.

a. Partai Politik (political party) di Indonesia

Menurut Husazar dan Stevenson, partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir yang berusaha untuk mengendalikan pemerintahan agar dapat melaksanakan program-programnya dan menempatkan angota-anggotanya dalam jabatan pemerintah.

Sejarah Partai Politik

– Masa Pra Kemerdekaan

Partai-partai yang berkembang sebelum kemerdekaan dengan 3 aliran besar yaitu Islam(Sarekat Islam), Nasionalis(PNI, PRI, IP, PI), dan Komunis(PKI), serta Budi Utomo sebagai organisasi modern yang melakukan perlawanan tidak secara fisik terhadap Belanda.

– Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1965)

Maklumat Pemerintah(3 Nov 45) yang memuat keinginan pemerintah akan kehadiran partai politik agar masyarakat dapat menyalurkan aspirasi secara teratur membuat tumbuh suburnya partai-partai politik pasca kemerdekaan. Dan terbagi 4 aliran yaitu : dasar Ketuhanan(Partai Masjumi, Parkindo, NU, Partai Katolik), dasar Kebangsaan(PNI, PIR, INI, PTI, PWR), dasar Marxisme(PKI, Partai Murba, Partai Sosialis Indonesia, Permai), dan dasar Nasionalisme(PTDI, PIN, IPKI).
Pada masa Demokrasi Liberal berakibat mandeknya pembangunan ekonomi dan rawannya keamanan karena perhatian lebih ditujukan pada pembenahan bidang politik. Hingga Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang melahirkan Demokrasi terpimpin. Dan terjadi pengucilan kekuatan TNI oleh PKI dalam Peristiwa G30s/PKI dengan jatuhnya 7 perwira tinggi TNI AD. Akhirnya, Kehancuran Orde Lama ditandai dengan surutnya politisi sipil.
– Masa Orde Baru (1966-1998)

Pada era Orde Baru partai Golkar selalu mengalami kemenangan dan hanya mempergunakan asas Pancasila. Era Orde Baru mengalami antiklimaks kekuasaan hingga Indonesia mengalami krisi moneter dan berkembang menjadi krisis multidimensi.

– Masa Reforfmasi(1999-Sekarang)

Pada masa ini merupakan arus angin perubahan menuju demokratisasi dan asas keadilan. Dan partai politik diberi kesempatan untuk hidup kembali dan mengikuti pemilu dengan multi partai.

b. Kelompok Kepentingan (interest group)

Aktivitasnya menyangkut tujuan yang lebih terbatas, dengan sasaran yang monolitis dan intensitas usaha yang tidak berlebihan serta mengeluarkan dana dan tenaga untuk melaksanakan tindakan politik di luar tugas partai politik.
Menurut Gabriel A. Almond, kelompok kepentingan diidentifikasi kedalam jenis-jenis kelompok, yaitu :

– Kelompok anomik => Terbentuk diantara unsur masyarakat secara spontan
– Kelompok non-asosiasional => Jarang terorganisir secara rapi dan kegiatannya
bersifat kadang kala.
– Kelompok institusional => Bersifat formal dan memiliki fungsi politik disamping
artikulasi kepentingan.
– Kelompok asosiasional => kelompok khusus yang memakai tenaga professional
yang bekerja penuh dan memiliki prosedur teratur
untuk memutuskan kepentingan dan tuntutan.

c. Kelompok Penekan (pressure group)

Salah satu institusi politik yang dapat dipergunakan oleh rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan kebutuhannya dengan sasaran akhir adalah untuk mempengaruhi atau bahkan membentuk kebijakan pemerintah.
Kelompok penekan dapat terhimpun dalam beberapa asosiasi yaitu :
a. Lembaaga Swadaya Masyarakat (LSM),
b. Organisasi-organisasi sosial keagamaan,
c. Organisasi Kepemudaan,
d. Organisasi Lingkungan Hidup,
e. Organisasi Pembela Hukum dan HAM, serta
f. Yayasan atau Badan Hukum lainnya.

d. Media Komunikasi Politik(political communication media)

Salah satu instrumen politik yang berfungsi menyampaikan informasi dan persuasi mengenai politik baik dari pemerintah kepada masyarakat maupun sebaliknya.

e. Tokoh Politik (political/figure)

Pengangkatan tokoh politik merupakan proses transformasi seleksi terhadap anggota masyarakat dari berbagai sub-kultur dan kualifikasi tertentu yang kemudian memperkenalkan mereka pada peranan khusus dalam sistem politik.
Pengangkatan tokoh politik akan berakibat terjadinya pergeseran sektor infrastruktur politik, organisasi, asosiasi, kelompok kepentingan serta derajat politisasi dan partisipasi masyarakat.
Menurut Letser G. Seligman, proses pengangkatan tokoh politik akan berkaitan dengan beberapa aspek, yaitu :

a. Legitimasi elit politik,
b. Masalah kekuasaan,
c. Representativitas elit politik, dan
d. Hubungan antara pengangkatan tokoh-tokoh politik dengan perubahan politik.

Kecelakaan Fokker 27 TNI AU

Lagi – lagi Indonesia terkena/tertimpa bencana yang memakan 24 korban jiwa yang semuanya adalah TNI AU. Belum beberapa hari Indonesia berduka lewat jebolnya tanggul situ gintung di Tanggerang yang juga membuat trauma dan dukacita saudara- saudara kita yang menjadi korban.

Belum selesai satu masalah, datang lagi masalah baru. Setelah akhir-akhir tahun ini Indonesia telah mengalami banyak kecelakaan pesawat terbang, kali ini giliran pesawat “Fokker 27” milik TNI Angkatan Udara yang mengalami kecelakaan.

Pesawat Fokker 27 milik TNI Angkatan Udara (AU) jatuh di landasan udara (Lanud) Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. 24 Orang tewas dalam peristiwa naas ini. Berikut kronologi tragedi tersebut:

Pukul 06.30 WIB, pesawat tersebut berangkat dari Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur. Pesawat yang berisi 6 orang awak tersebut bertujuan untuk melakukan misi penerjunan.

“Misi ini sudah dilakukan secara periodik,” ujar Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Bambang Sulistyo saat jumpa pers di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (6/4/2009).

Pada pukul 13.04 WIB, pesawat dilaporkan jatuh. Sebelum jatuh, pesawat menabrak hangar ACS milik PT Dirgantara Indonesia (DI) terlebih dahulu, hingga akhirnya terbakar.

“Tidak ada laporan tentang korban di luar TNI AU,” tambahnya.

Menurut Bambang, pihaknya masih menyelidiki penyebab kecelakaan. Namun berdasarkan pengalaman, ada 4 faktor yang bisa menyebabkan sebuah pesawat jatuh.

“Kecelakaan bisa disebabkan oleh 4 faktor, oleh manusia, media atau lingkungan, mesin dan sistem,” jelasnya.

Hingga pukul 20.00 WIB, korban masih diidentifikasi. Dari 24 korban, baru 5 yang berhasil dikenali identitasnya. “Nanti kalau ada perkembangan lain akan kita sampaikan,” pungkasnya.

Akhir kata semoga masalah ini cepat terjawab dan terjelaskan.